Sebagai orangtua, bunda mungkin merasakan kecemasan tiap kali mengamati si buah hati sedang asik bermain ataupun mengeksplorasi lingkungannya. Ungkapan-ungkapan semacam "Berhati-hati dong", "Enggak boleh pukul lho" dan "Siapa nih yang ngelakuin itu?" tentu sering terdengar dalam dialog harian Anda bersama anak.
Tidak ada yang salah dengan peringatan-peringatan ini, Bunda. Sebagai orangtua, Bunda hanya bermaksud untuk menjaga mereka terhindar dari ancaman-ancaman berbahaya di luar sana.
Harus dipahami bahwa bila frasa ini digunakan secara berlebihan, dapat berdampak pada bagaimana anak menavigasi tantangan serta mengelola risiko. Walaupun tujuannya adalah melindungi Si Kecil, masih sangat diperlukan untuk menciptakan kesempatan agar dia bisa belajar membuat keputusan sendiri dan merasakan akibat dari setiap pilihannya tersebut.
"Terjun ke dalam tantangan kadang-kadang berarti menemui kegagalan. Apabila Anda enggan mengambil resiko dan lebih senantiasa bertindak dengan hati-hati, maka lambat laun akan timbul rasa takut untuk membuat kesalahan. Rasa takut tersebut juga menciptakan ketakutan atas kemungkinan gagal. Dampak dari pola pikir utama ini dapat membekas pada seseorang sepanjang hayatnya," jelas ahli tersebut. parenting Jamie Glowacki dalam Oh Tidak! Saya Punya Seorang Anak Usia Dibawah 5 Tahun , dikutip dari laman PureWow .
Manfaat anak mengambil risiko
Dikutip dari laman Psychology Today, Anak-anak yang tidak takut menghadapi tantangan pastinya akan membangun kepercayaan diri, belajar menilai situasi dengan baik, dan merasakan tekanan konstruktif yang dapat mendukung perkembangannya, Bu. Selain itu, buah hati Anda pun akan mulai mencari tahu batas-batas kemampuan mereka ketika melakukan percobaan dan termotivasi untuk terus berani ambil resiko.
Sebagian anak memiliki keberanian alamiah dalam menghadapi tantangan. Akan tetapi, mereka masih perlu bantuan untuk menjamin bahwa tindakan mereka selalu aman. Sebaliknya, terdapat juga anak-anak yang condong pada sikap waspada dan memerlukan stimulasi supaya bisa percaya diri saat menjelajahi sesuatu yang belum pernah dicoba sebelumnya.
Hindari Mengatakan "Tidak Boleh" pada Anak, Berikut 10 Alternatif Katanya yang Lebih Baik
|
Ketika buah hati Anda memulai proses pengambilan resiko, mereka pun belajar bagaimana merencanakan tindakan berdasarkan kapabilitas pribadi serta menganalisis kondisi secara cermat. Ini sangat bermanfaat bagi perkembangan keahliran baru dan peningkatan tingkat keyakinan diri mereka.
Sebagai orangtua, Ibu mungkin harus menegur anak supaya waspada terhadap beberapa tantangan. Akan tetapi, selain menggunakan istilah 'waspada', Ibu dapat mencari pilihan kalimat lainnya yang lebih merangsang anak untuk berfokus pada pemikiran dan tindakan yang matang.
Istilah yang paling tepat untuk menggantikan 'berhati-hati' versi para ahli psikologi
Jamie Glowacki menyebutkan bahwa ketika seorang Ibu berkata 'berhati-hatilah', sering kali sang buah hati berada dalam kondisi aman. Ini merupakan indikator bahwa si kecil mampu mengelola bahaya dengan lebih baik daripada yang diperkirakan oleh ibunya.
"Walaupun mereka bisa saja melakukan sejumlah kesalahan selama perjalanannya, tentunya mereka akan meraih berbagai keberhasilan yang luar biasa," terangnya.
Sebagai gantinya dari memakai istilah 'hati-hati', terdapat beragam pilihan kata lain yang dapat Anda gunakan untuk memberikan peringatan kepada buah hati. Daftar di bawah ini kami rangkum dari sebuah situs web. PureWow :
- Ingatlah.. (tongkat itu sangat tajam/kakakmu ada di sebelahmu/beratnya batu tersebut cukup tinggi)
- Hatiii... (battanya sungguh licin/ada kaca disekelilingmu)
- Apakah yang akan kamu lakukan dengan tongkat tersebut saat memanjat pohon?
- Apa kau merasa...(kokoh di atas batu tersebut/tertumpu dengan baik pada pijakannya/baurnya api sangat hangat)?
- Apakah kamu bisa mendengar... (suara air yang begitu kuat/ angin yang sedang kencan/permainan anak-anak lain)?
- "Cobalah gunakan... (tangan/kaki/lengan)"
- "Apakah kamu merasa... (takut/aman/lelah/bersemangat)"
- "Tidak usah terburu-buru"
- Ibu ada di sini jika kau butuh Ibu
Bagaimana Membesarkan Anak Agar Berani Menghadapi Risiko
![]() |
Ada beberapa metode yang dapat diaplikasikan untuk membantu anak menjadi lebih percaya diri saat menghadapi tantangan atau risiko. Berikut penjelasan lengkapnya sebagaimana disadur dari beragam referensi:
1. Sediakan contoh yang positif
Sebagai orangtua, Bunda kerap kali menjadi model utama untuk anak-anak di banyak hal hidupnya. Berdasarkan kutipan tersebut, US News Anak-anak kecenderungan mencontoh tingkah laku orangtua mereka, khususnya pada cara mereka mengatasi masalah.
Saat si kecil menyaksikan Bunda atau Ayah berupaya ekstra dalam mengerjakan tugas dengan benar, sudah pasti mereka akan termotivasi untuk menirunya.
Satu metode efektif untuk mendidik anak-anak mengenai pengelolaan kecemasan adalah dengan menunjukkan kepada mereka gambaran yang konkret. Mari memperlihatkan pada buah hati Anda bagaimana Ibu atau Bapak bisa keluar dari kenyamanan diri sendiri dan menyongsong ketidakpastian serta ragu-ragu, entah itu di tempat kerja, saat berinteraksi secara sosial, ataupun menerima setiap hambatan biasa hari demi hari.
2. Minta anak bercerita
Mempelajari cara agar si kecil berani menghadapi tantangan tentunya memerlukan proses dan pengajaran. Oleh karena itu, Bunda diharapkan terus mendorong sang buah hati untuk mencoba hal-hal baru dengan pemberanian setiap hari.
Mari biarkan si kecil memperkenalkan dirinya kepada orang asing, mengajak teman sebaya bergabung dalam permainan, atau mendukung sahabatnya yang sedang mengalami tantangan. Apabila Anda mau, bunda dan ayah pun dapat menyarankan mereka untuk menuangkan pengalaman harian mereka dalam bentuk tulisan di atas secarik kertas.
3. Pengurangan rasa takut
Apabila ketakutan terhadap pengambilan risiko tidak ditangani, hal tersebut dapat memberikan efek yang signifikan pada pertumbuhan dan perkembangan si kecil. Karenanya, Ibu penting membimbing anak untuk mempelajari bagaimana mengurangi rasa takut seperti ini.
Beri tahu anak Anda agar berkata 'Saya dapat melakukannya.' Selain itu, bimbinglah mereka untuk bernapas dalam-dalam guna mencari keberanian mereka.
4. Ajak anak bicara
Biasanya anak-anak merasa kesulitan untuk mengekspresikan perasaan mereka. Karena alasan tersebut, Ibu harus rutin menyediakan waktu khusus untuk dialog satu lawan satu dengan si kecil.
Terkadang, anak-anak cukup memerlukan dorongan dari orang-orang di sekitarnya. Oleh karena itu, dengarkan mereka tanpa menilai atau menyimpulkan pemikiran mereka, oke?
" Dengarkanlah tanpa menilai atau mencoba merubah pendapat anak secepat mungkin. Dengan mengakui perasaan mereka, orangtua telah mendukung perkembangan kesadaran emosi sang anak. Hal ini merupakan metode untuk melatih jiwa mereka agar menjadi lebih independen, bertanggung jawab, serta dipenuhi dengan rasa petualangan," papar Naomi Aldort, PhD, si pengarang buku tersebut. Mendidik Anak-Anak Kami, Membentuk Diri Kami Sendiri dikutip dari laman Verywell Family .
5. Bangun kepercayaan diri sang buah hati Anda
Kepercayaan diri merupakan kepastian seorang anak tentang kapabilitas mereka sendiri dalam menangani beragam kondisi dan tantangan kehidupan. Menurut Dr. Asmita Mahajan, dokter spesialis anak, hal tersebut sangat krusial diprogramkan kepada si kecil melalui metode memuji tanpa berlebihan.
"Perkuat keyakinan diri mereka pada tiap peluang. Rayakan pencapaian positif namun hindari berlebihan dalam mengomentarinya saat melakukan hal-hal sepele. Pastikan juga tidak menciptakan persaingan antara mereka ataupun melibatkannya dalam pertandingan mengejar perhatian Anda menggunakan telepon genggam," ungkap Dr Asmita seperti dilansir dari situs tersebut. Times of India.